INSTALASI SUSE LINUX 10.2
TUTORIAL
INSTALASI OPEN SUSE 10.2
PELAJARAN KELAS X
TAHAPAN
INSTALASI
1. Masukkan DVD
SuSE 10.2 dan setting komputer agar melakukan boot melalui
DVD,setelah
proses boot selesai maka akan muncul tampilan seperti di bawah ini.
2. SuSE akan menampilkan
halaman awal instalasi. Pilih Installation. Pada proses
ini sebenarnya
kita bisa memilih sumber instalasi, tapi karena kita install
dasar dan saya
menggunakan DVD, saya tinggal next. Kalau install dari
sumber lain,
tekan F4 pada bagian ini.
3. Proses
pertama adalah melakukan loading kernel
4. Proses load
kernel secara lengkap bisa dilihat dengan menekan tombol Esc.
5. Berikutnya
adalah memilih bahasa
6. Setelah
memilih bahasa, SuSE menampilkan pilihan Perjanjian Lisensi. Baca
baik-baik, pilih
I Agree... dan klik Next
7. Tahap
berikutnya adalah mode instalasi. Jika harddisk yang kita gunakan
pernah
diinstalasikan SuSE atau Linux lain, kita bisa memilih opsi lain. Karena
ini
adalah instalasi pertama, pilih saja default New
Installation. Klik Next
8.
Setelah mode instalasi, wizard berikutnya menanyakan Clock
& Time Zone.
Pilih
Time Zone Asia | Jakarta [sesuaikan dengan daerah waktu anda. Saya
berada
di wilayah Indonesia bagian barat / WIB sehingga memilih Jakarta].
Untuk
waktu, bisa memilih UTC (Coordinated Universal Time, GMT) atau Local
Time.
Saya memilih local time karena saya memang hanya bekerja di di
Jakarta,
tidak / belum memerlukan informasi waktu secara internasional. Klik
Next.
9.
Langkah selanjutnya, memilih desktop environment. Bisa memilih Gnome bisa
juga
memilih KDE [Kool Desktop
Environment]. Jika menggunakan SuSE
dikhususkan
untuk server, saya menyarankan menggunakan pilihan Other
dan
memilih Text Mode, namun bagi anda yang baru kali ini melakukan
instalasi
Linux, saya lebih menyarankan menggunakan KDE atau Gnome. Text
Mode
sangat ringan, namun seperti namanya, tidak menggunakan grafik. Bagi
administrator
atau IT yang biasa bergelut dengan sistem Windows baik server
maupun
klien, gunakan saja desktop KDE atau Gnome. Kebutuhan pilihan Text
Mode
akan datang dengan sendirinya jika anda sudah merasakan kehebatan
tools
administrasi Linux berbasis Text.
Banyak
orang sampai terus menerus membandingkan antara KDE dan Gnome
mau
pilih yang mana. Buat saya pribadi, pilihan tersebut hanya sekedar
pilihan.
Keduanya sama baiknya. Sama powerfulnya. Silakan pilih yang disuka.
Tutorial
saya menggunakan Gnome, meski untuk beberapa aplikasi saya
menggunakan
tools native KDE.
10. Setelah
memilih desktop environment, SuSE akan menampilkan pilihan
setting
instalasi. Ada 2 tab pada posisi ini, yaitu Overview,
berisi pilihan
utama dan Expert
untuk setting yang lebih lengkap. Kedua pilihan pada
dasarnya sama,
hanya saja Overview menampilkan setting utama dan
menyembunyikan
setting yang kelihatannya terlalu rumit. Minimal buat
pemula, yang
perlu disetting ya hanya 2 jenis, yaitu pilihan partisi dan pilihan
software.
Pilihan partisi ini sangat penting, mengingat banyak pemula dalam
mengenal Linux
pertama kali sering merasa bingung pada istilah partisi yang
sedikit berbeda
dengan partisi model Windows.
Proses instalasi
desktop sebenarnya hanya cukup memiliki 2 partisi, yaitu
partisi
utama alias / (slash) atau root directory dan partisi
swap. Partisi
utama atau root
directory bisa diumpamakan (meski tidak 100% analog)
sebagai drive C
[System] pada Windows.
Partisi utama
bisa terdiri dari berbagai folder. Jangan dibingungkan dengan
istilah folder
root. / memang disebut root directory. Namun user root (user root
= user
Administrator pada Windows) juga memiliki folder dengan nama /root.
Jika saya
menulis /root, itu berarti folder milik user yang bernama root, sednagkan kalau
saya menyebut root directory, itu merujuk pada /.
Folder milik
user (home directory) biasanya berada pada directory /home. Ini
bisa diumpamakan
sebagai Document & Setting.
Khusus user bernama root,
home
directory-nya bernama /root. Alasan mengapa user khusus ini memiliki
folder yang
berbeda adalah karena root harus memiliki hak penuh terhadap
seluruh folder.
Penjelasan lebih lengkap mengenai hal ini akan coba saya
turunkan pada
artikel lain atau bisa juga langsung di search di Google.
Anggap ini baru
pertama kali melakukan setting, jadi kliklah Link Partitioning
11. Saat link Partitioning
di klik, SuSE akan menampilkan model partisi yang
direkomendasikan.
Ada 4 pilihan yang tersedia, yaitu :
● Accept Proposal
Berarti anda
menyetujui model partisi otomatis yang dilakukan oleh SuSE.
Jika anda
memiliki harddisk kosong, pilihan ini bisa dipilih. Biasanya SuSE
menyediakan
partisi besar untuk /home [sebagai tempat
penyimpanan
data], partisi
yang cukup besar untuk / dan
partisi kecil untuk swap. Untuk Server dan untuk pengetahuan kita, saya tidak
memilih model ini.
Kita
akan pilih cara yang lebih susah, namanya juga mau jadi
Administrator
Linux, hehehe...
● Base
Partition Setup on this Proposal
Pilihan
ini berarti kita mendasarkan setup melalui pilihan yang disediakan
oleh
SuSE. Kalau pilihan pertama kita langsung menyetujuinya tanpa
syarat,
pilihan ini memberikan kita kesempatan untuk mereview dan
merubah
pilihan yang disediakan oleh SuSE.
● Create Custom
Partition Setup
Pilihan
ini yang akan kita pilih karena memberikan kebebasan
menentukan
partisi.
● Create LVM
Based Proposal
Pilihan
partisi kita akan menggunakan model LVM (Logical
Volume
Manager). LVM akan saya bahas selengkapnya
dilain waktu.
12. Pilih Create
Custom Partition Setup dan klik Next
Pada pilihan ini
kita dapat memilih partisi apa saja yang kita buat dan berapa
Besarnya.
13. Pada gambar
berikut, pilih Create
14.Pilih Primary
Partition
15. Pertama kali
yang kita buat adalah partisi untuk /.
Pada gambar
berikut, pilih :
-
Mountpoint : /
-
Filesystem : Ext3 (default)
-
Start Cylinder : 0 (default)
-
End : +XXGB
Untuk End, Jika
kita ingin memberikan 40 GB pada partisi root, ketikkan +40G
atau +40GB.
Setelah selesai,
klik OK dan ulangi untuk partisi lain. Khusus untuk partisi swap,
kita tidak perlu
melakukan setting mount point karena akan secara otomatis
dibuatkan saat
kita mengganti FileSystem = Swap.
Jika melakukan
setting untuk server dan memiliki kapasitas disk dalam jumlah
besar atau disk
lebih dari 1, kita dapat memisahkan partisi home dengan partisi /
dan partisi
lainnya. Untuk sementara kita gunakan 3 partisi standar, yaitu /,
home dan swap.
Berbagai
literatur menyarankan agar partisi untuk / kecil saja namun
berdasarkan
pengalaman pribadi, kita bisa sengsara :-P kalau memberikan partisi
/ dengan
kapasitas yang terlalu kecil. Partisi non root dapat dengan mudah kita
perbesar dan
perkecil namun partisi root jauh lebih sulit. Jika saya memiliki
harddisk 40 GB,
saya akan berikan partisi root sebanyak 30 GB, partisi swap
sebanyak 1.5 X
RAM dan sisanya untuk Home. Formasi ini berlainan jika saya
menggunakan
partisi khusus untuk /opt atau /var atau partisi lainnya, namun
yang jelas 70
hingga 80% kapasitas akan saya berikan untuk folder /.
Jika
menginginkan partisi dalam bentuk lain, silakan sesuaikan dengan apa yang
diinginkan.
16. Setelah
selesai melakukan setting partisi, klik Accept. Kita akan kembali ke
menu awal.
17. Kita bisa
memilih aplikasi apa saja yang akan diinstall dengan melakukan klik
pada bagian
Software namun biasanya masing-masing aplikasi memiliki
dependensi. Kita
bisa mengurangi software yang tidak perlu setelah kita
install, kecuali
kita bisa memastikan secara pasti apakah kita memang benarbenar
tidak
menginginkan suatu software. Klik Accept untuk
memulai proses
instalasi. Oh
ya, Jika kita penasaran pada pilihan lainnya, kita boleh kok klik
tab Expert
:-).
Apa bedanya tab
expert dengan tab overview ? Bedanya hanya pada tampilan
pilihan saja
kok. Kalau nggak percaya, silakan lihat screenshot berikut :
18. Sebelum
memulai proses instalasi, OpenSUSE akan menanyakan persetujuan
kita pada
lisensi non opensource. Ini biasanya dilakukan jika kita
mengikutsertakan
file-file propietary seperti Adobe Acrobat Reader atau Flash
Player. Klik
saja I Agree.
19. OpenSUSE
akan meminta konfirmasi instalasi. Klik Install
20. Hal pertama
yang dilakukan oleh OpenSUSE adalah instalasi partisi. Keep
relax :-).
21. Kemudian
melakukan format harddisk
22. Berikutnya
mulai melakukan instalasi aplikasi. Kita bisa memilih tab Details
jika ingin tahu
aplikasi apa saja yang sedang menjalani proses instalasi.
23. Menjelang
selesai instalasi dasar, OpenSUSE akan menyelesaikan proses,
melakukan
restart dan meneruskan proses instalasi. Pada posisi ini, biarkan
OpenSUSE
melakukan booting secara otomatis. Jangan khawatir, proses
instalasi akan
dilanjutkan secara otomatis.
24. Setelah
selesai melakukan instalasi, tahap selanjutnya adalah memberikan
password untuk
root. Root adalah user yang akan bertindak sebagai
administrator
sistem.
25. Tahap
berikutnya adalah memberikan nama (host name) untuk komputer
yang
diinstalasi. Masukkan hostname dan domain name. Saya menonaktifkan
pilihan “Change
Hostname via DHCP” karena saya ingin nama komputer
bersifat statik.
26. Tahap
berikutnya adalah setting hardware. Disini kita bisa memilih beberapa
pilihan sebagai
berikut :
-
Network Mode, apakah kita akan mengaktifkan Network
Manager atau mau
secara manual ?
Jika kita memiliki lebih dari satu network card, gunakan
pilihan manual.
Network Manager memudahkan kita dalam melakukan
pengecekan
koneksi jaringan.
-
Firewall, diaktifkan atau tidak. Default = aktif.
Pilihan saya adalah
disable :-).
Jika ingin menjadikan komputer kita sebagai server, aktifkan pilihan
ini, namun
jangan lupa untuk selalu melakukan setting tambahan yang
memperbolehkan
akses melewati firewall jika akan melakukan setup sistem.
-
Ipv6, default diaktifkan. Biarkan pilihan ini
- Network
Interface, kita bisa melakukan setting IP, netmask dan
gateway
serta DNS
disini. Lihat contoh berikut (saya menggunakan contoh IP :
192.168.0.100) :
- DSL,
ISDN dan Modem, sesuaikan dengan kondisi. Ini bisa dilakukan
nanti
melalui YAST.
- VNC bisa
diaktifkan jika kita menginginkan akses remote terhadap komputer
yang sedang
diinstall.
- Setup Proxy,
jika sudah ada Proxy Server. Lihat contoh setting sebagai
berikut :
Kalau semua
sudah disetting, pilih Next. OpenSUSE akan melakukan penyimpanan setting.
27. Tahap
berikutnya, OpenSUSE akan mengetes koneksi internet dan melakukan
download update.
Hal ini bisa dilakukan nanti. Pilih No, Skip this
test,
kemudian Next.
28. OpenSUSE
akan mendaftarkan repositori agar kita bisa melakukan update
langsung melalui
internet. Ini bisa dilakukan nanti, kita bisa mencatat
alamatnya. Kalau
mau dilakukan sekarang juga tidak masalah. Silakan pilih
yang kamu suka,
hehehe... Untuk mempercepat, saya menghilangkan pilihan
repositori
(karena saya akan menggunakan repo dari DVD) dan kemudian
memilih No
pada pilihan Register the sources now
?
29. OpenSUSE
akan meminta metode authentikasi. Karena saya menggunakan
untuk lokal,
saya memilih local (/etc/password).
Jika nanti menginginkan
model
authentikasi lain, kita bisa mengubahnya kok.
30. Akhirnya,
tahapan instalasi selesai sudah. OpenSUSE menampilkan halaman
release notes
yang berisi informasi tentang OpenSUSE dan beberapa informasi
penting jika
melakukan instalasi ini. Apakah sudah selesai, eit tunggu dulu.
Klik Next dan
kita akan melakukan deteksi hardware. Lucu juga memang si
OpenSUSE ini.
Kira-in dah selesai :-P.
31. OpenSUSE
akan melakukan deteksi graphic card (VGA), Printer, Sound Card
dan beberapa hardware
penting. Sepanjang pengalaman saya, OpenSUSE
mendeteksi
hardware dengan sempurna. Satu hal yang perlu diperhatikan
adalah resolusi
layar yang ada pada deteksi Graphic Cards. Pastikan ini sesuai
dengan resolusi
yang diinginkan. Kita bisa memilih Test the
Configuration
untuk
mengetesnya. Ingat, jika kita hanya menyediakan resolusi 800X600,
pilihan pada
desktop nantinya hanya setinggi itu. Jika kita menginginkan
resolusi layar
1024X768, ubah resolusinya sekarang dan lakukan test
konfigurasi.
Kita bisa mengubahnya nanti menggunakan SAX2 tapi jauh lebih
sulit. Sumpah...
:-D.
32. Sekarang
OpenSUSE benar-benar selesai melakukan instalasi. Lihat
screenshot
berikut ini
33. Klik Finish.
OpenSUSE akan melakukan proses start untuk pertama kali
(biasanya tidak
perlu reboot).
34. Berikut
adalah contoh tampilan OpenSUSE di desktop saya (menggunakan
KDE).
Epilog
Demikian tutorial instalasi dasar untuk OpenSUSE 10.2.
bersamaan
dengan upaya komitmen saya pada proyek blog “Komunitas
OpenSUSE
Indonesia - http://www.opensuse.or.id”.
Tutorial
ini akan dilanjutkan dengan tutorial lain yang terkait dengan instalasi
OpenSUSE,
baik instalasi server secara penuh (menjadikan OpenSUSE sebagai server
dan
menggantikan server Windows secara penuh) maupun instalasi aplikasi lainnya
agar
kita bisa menggunakan OpenSUSE sebagai media kerja secara lengkap tanpa
harus
bolak-balik ke sistem yang lain.
<*>
Jika anda merasa tutorial ini berguna, luangkan waktu anda sejenak untuk
berdoa
bagi kesejahteraan dan kemakmuran bangsa Indonesia. Doakan agar kita bisa
saling
berkomitmen untuk memajukan bangsa mulai dari diri kita sendiri.
0 komentar: